Di sini ada pertanyaan tentang hal yang sering diperbincangkan orang. Apa batasan pengetahuan mayit tentang keadaan orang hidup? Misalnya, jika orang hidup mendoakannya atau bersedekah atas namanya, atau merindukannya dan menziarahi kuburnya. Apakah mayit mengetahui semua ini atau tidak?
Perkara-perkara ini tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, karena termasuk perkara ghaib. Seberapa pun cerdas dan tajamnya akal manusia, tidak akan mampu menemukan jawabannya.
Ini termasuk perkara ghaib. Karena itu, kita merujuk kembali pada nash-nash yang ada. Dalam hal ini, tidak ada dalil yang secara khusus menjelaskannya. Sepengetahuan saya, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa mayit mengetahui amal perbuatan orang hidup. Adapun hadis dan atsar yang diriwayatkan tentang ini, semuanya lemah. Tidak ada satu pun yang sahih. Semua riwayat yang disebutkan statusnya lemah.
Berdasarkan itu, manusia tidak bisa memastikan masalah ini dengan pernyataan tegas bahwa mayit mengetahui atau menyadari hal tersebut. Namun, jika seseorang bermimpi yang menunjukkan kegembiraan mayit—misalnya karena amal saleh yang dihadiahkan untuknya—mungkin ini bisa dijadikan acuan.
Setelah masa kenabian berakhir, tidak ada cara untuk mengetahui perkara ghaib, kecuali melalui satu jalan, yaitu mimpi. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada lagi kenabian kecuali kabar gembira.” Para sahabat bertanya, “Apa itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mimpi baik yang dilihat atau diperlihatkan kepada seorang muslim yang saleh.” (HR. Bukhari & Muslim). Hanya itu caranya. Selain itu, tidak mungkin seseorang mengetahui perkara ghaib.
Sebagaimana telah kami jelaskan, mimpi hanya sebagai sangkaan saja. Dengan demikian, kita tidak bisa memastikan bahwa orang mati mengetahui amal perbuatan orang hidup. Bahkan, jika seseorang berziarah ke makam kerabatnya, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa mayit mengetahuinya. Hadis yang diriwayatkan tentang ini pun lemah. Ia berziarah untuk mendoakannya, sama seperti berziarah ke makam lainnya.
Karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan manfaat ziarah kubur, bukan agar penghuni kubur merasa terhibur dengan kedatangannya. Tidak! Namun, Nabi ‘alaihis shalatu wassalam bersabda: “Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, tetapi sekarang berziarahlah, karena itu mengingatkan pada akhirat.” (HR. Al-Hakim, disampaikan Syaikh secara makna).
Tujuan ziarah kubur hanyalah untuk mengingat akhirat. Adapun doa untuk mayit, tidak berbeda, baik dibacakan di kuburannya, di rumah, atau di mana pun. Doa tetaplah doa – di mana pun sama saja.
Ada sebagian orang yang menyusahkan diri dengan berziarah setiap hari ke makam kerabatnya, mengira itu bentuk kebaikan untuk mayit. Padahal, sekiranya ia mengalihkan usahanya untuk mendoakan, bersedekah, atau berbuat kebaikan lain untuk mayit, itu lebih baik.
Bahkan, ada yang mencela saudara atau kerabatnya, “Mengapa kamu tidak menziarahi kerabat kita, si fulan?” Baiklah. Apakah kerabatmu itu si fulan benar-benar mengetahui kedatanganmu? Kerabatmu, si fulan, telah kembali kepada Tuhannya. Jasadnya akan menjadi tanah dan hancur, kecuali tulang ekornya. Kecuali para nabi, orang saleh, dan syuhada.
Adapun ruhnya, jika ia penghuni surga, ruhnya telah naik ke surga. Jika penghuni neraka, ruhnya berada di Sijjin. Dia tidak lagi mengetahui tentangmu. Namun, kamu bisa memberinya manfaat dengan mendoakannya, bersedekah atas namanya—terutama sedekah jariyah, yaitu wakaf—serta umrah atau haji untuknya. Juga sebagaimana disebutkan Nabi yaitu dengan memuliakan sahabat si mayit. “Sesungguhnya bakti yang paling utama adalah menyambung hubungan dengan sahabat ayahnya.” (HR. Muslim). Inilah yang benar-benar bermanfaat bagi mayit.
Namun, jika ia berziarah ke kuburan, itu memang disyariatkan, tetapi tujuannya untuk mengambil pelajaran. Tidak mengapa baginya untuk berziarah ke kuburan kerabatnya dan mendoakannya.
====
هُنَا سُؤَالٌ عَنْ وَهُوَ مِمَّا يَكْثُرُ حَدِيثُ النَّاسِ عَنْهُ مَا هِيَ حُدُودُ عِلْمِ الْمَيِّتِ بِحَالِ الْحَيِّ يَعْنِي مَثَلًا إِذَا دَعَا لَهُ أَوْ تَصَدَّقَ عَنْهُ أَوْ مَثَلًا يَعْنِي اِشْتَاقَ إِلَيْهِ أَوْ زَارَهُ فِي قَبْرِهِ هَلْ الْمَيِّتُ يَعْلَمُ بِهَذَا كُلِّهِ أَوْ لَا؟
هَذِهِ الْأُمُورُ لَا يَسْتَطِيعُ الْعَقْلُ الْبَشَرِيُّ أَنْ يَصِلَ فِيهَا إِلَى جَوَابٍ لِأَنَّهَا أُمُورٌ غَيْبِيَّةٌ مَهْمَا كَانَ عَلَيْهِ الْعَقْلُ الْبَشَرِيُّ مِنَ الذَّكَاءِ مِنَ الْحِدَّةِ مِنْ قُلْ مَا شِئْتَ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَصِلَ لِلْجَوَابِ
هَذِهِ مِنَ الْأُمُورِ الْغَيْبِيَّةِ فَإِذًا نَرْجِعُ فِيهَا لِمَا وَرَدَ مِنَ النُّصُوصِ لَمْ يَرِدْ فِي هَذَا الشَّيْءِ فِيمَا أَعْلَمُ لَمْ يَرِدْ شَيْءٌ يَدُلُّ عَلَى بِأَنَّ الْمَيِّتَ يَعْلَمُ بِأَعْمَالِ الْحَيِّ وَالْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ الْمَرْوِيَّةُ فِي ذَلِكَ كُلُّهَا ضَعِيْفَةٌ لَا يَثْبُتُ مِنْهَا شَيْءٌ كُلُّ مَا ذُكِرَ ضَعِيفٌ
وَبِنَاءً عَلَى ذَلِكَ لَيْسَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَجْزِمَ فِي هَذِهِ الْمَسْأَلَةِ بِقَوْلٍ وَيَقُولُ إِنَّ الْمَيِّتَ يَدْرِي أَوْ يَعْرِفُ أَوْ كَذَا لَكِنْ رُبَّمَا لَوْ رَأَى رُؤْيَا تَدُلُّ عَلَى اسْتِبْشَارِهِ بِـ ــ مَثَلًا– عَمَلٍ صَالِحٍ أُهْدِيَ لَهُ رُبَّمَا يَعْنِي يُسْتَأْنَسُ بِذَلِكَ
لَيْسَ هُنَاكَ يَعْنِي سَبِيلٌ بَعْدَ انْقِطَاعِ النُّبُوَّةِ لَيْسَ هُنَاكَ سَبِيلٌ لِمَعْرِفَةِ عِلْمِ الْغَيْبِ إِلَّا عَنْ طَرِيقٍ وَاحِدٍ وَهُوَ الرُّؤَى كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمْ يَبْقَ مِنَ النُّبُوَّةِ إِلّاَ المُبَشِّرَاتُ قَالُوْا وَمَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ يَرَاهَا الرَّجُلُ أَوْ تُرَى لَهُ فَقَطْ مَا عَدَا ذَلِكَ لَا يُمْكِنُ لِأَحَدٍ أَنْ يَعْلَمَ الْغَيْبَ
عَلَى أَنَّ الرُّؤْيَا كَمَا ذَكَرْنَا أَنَّهَا تُفِيدُ الظَّنَّ فَقَطْ وَعَلَى ذَلِكَ يَعْنِي فَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَجْزِمَ بِأَنَّ الْأَمْوَاتَ يَعْرِفُونَ أَعْمَالَ الْأَحْيَاءِ وَحَتَّى الْإِنْسَانِ لَوْ ذَهَبَ لِقَبْرِ قَرِيبِهِ وَزَارَهُ لَيْسَ هُنَاكَ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ يَعْرِفُهُ حَدِيثٌ مَرْوِيٌّ فِي ذَلِكَ ضَعِيفٌ لَكِنْ هُوَ يَزُورُهُ لِأَجْلِ الدُّعَاءِ هُوَ يَزُوْرُهُ كَمَا يَزُوْرُ غَيْرَهُ
وَلِهَذَا ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَائِدَةَ مِنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ لَمْ يَقُلْ حَتَّى يَسْتَأْنِسَ أَهْلُ الْقُبُورِ لَا وَإِنَّمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ أَلَا فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
الْغَرَضُ مِنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ هُوَ تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ فَقَطْ الدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ لَا يَخْتَلِفُ الدُّعَاءُ عَنْ أَنْ تَدْعُوَ لَهُ عِنْدَ قَبْرِهِ أَوْ أَنْ تَدْعُوَ لَهُ فِي بَيْتِكَ أَوْ فِي أَيِّ مَكَانٍ مِنَ الأَرْضِ الدُّعَاءُ هُوَ الدُّعَاءُ
وَلِذَلِكَ تَجِدُ أَنَّ بَعْضَ النَّاسِ يُتْعِبُ نَفْسَهُ كُلَّ يَوْمٍ يَذْهَبُ لِقَبْرِ قَرِيبِهِ يَظُنُّ أَنَّهُ يُحْسِنُ إِلَيْهِ بِهَذَا الذَّهَابِ وَلَوْ أَنَّهُ صَرَفَ هَذَا الْجُهْدَ فِي الدُّعَاءِ لَهُ وَفِي الصَّدَقَةِ عَنْهُ وَفِي الْأَشْيَاءِ الَّتِي تَنْفَعُهُ لَكَانَ هَذَا أَحْسَنَ
بَلْ إِنَّ بَعْضَهُمْ يُنْكِرُ عَلَى إِخْوَانِهِ وَعَلَى أَقَارِيْبِهِ مَا لَا تَزُورُ قَرِيْبَنَا فُلَانًا طَيِّبٌ هَلْ قَرِيبُكَ فُلَانٌ يَعْلَمُ بِكَ أَصْلًا قَرِيبُكَ فُلَانٌ انْتَقَلَ إِلَى رَبِّهِ وَجَسَدُهُ سَيُصْبِحُ تُرَابًا يَبْلَى إِلَّا عَجَبُ الذَّنَبِ إِلَّا مَن اسْتُثْنِيَ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالصِّدِّيقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ
أَمَّا رُوحُهُ فَإِن كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَقَدْ صَعَدَتْ إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيَكُونُ فِي سِجِّينٍ هُوَ لَا يَدْرِي عَنْكَ لَكِنْ أَنْ تَنْفَعَهُ بِالدُّعَاءِ لَهُ بِالصَّدَقَةِ عَنْهُ وَأَفْضَلُ مَا تَكُونُ الصَّدَقَةَ الْجَارِيَةَ يَعْنِي الْوَقْفَ بِالْعُمْرَة بِالْحَجِّ أَيْضًا كَمَا ذَكَرَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ بِإِكْرَامِ صَدِيقِهِ إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةُ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ هَذِهِ هِيَ الَّتِي تَنْفَعُ الْمَيِّتَ
لَكِنْ لَوْ ذَهَبَ لِلْمَقْبَرَةِ هَذَا أَمْرٌ مَشْرُوعٌ لَكِنْ مَشْرُوعٌ لِأَجْلِ الِاعْتِبَارِ وَلَا بَأْسَ أَنْ يَذْهَبَ لِقَبْرِ قَرِيبِهِ وَيَدْعُو لَهُ